Jumat, 27 Desember 2013

Senja Merona

“Kalem Boy!” teriakannya menggema di sepanjang gang sempit pinggiran kota surabaya. Boy yang diteriaki malah kegirangan meskipun pukulan bertubi-tubi menghujam punggungnya. Sepeda kumbang reot itu dikayuh tanpa jeda, terus berdecit hingga mereka berdua sampai pada rumah bercat putih yang begitu asri, berada sekitar dua blok dari pemukiman mereka, itu adalah rumah felly, salah satu teman sekelas Boy. Mereka berhenti di seberang jalan rumah itu, tepat berada di bawah pohon mangga besar, “Sebentar lagi ren, tunggu disini, jaga dulu sepedaku ya”. “Boy? kamu akhir-akhir ini sering  sekali ketemu felly, kamu naksir felly ya?”. “hehehe”. Boy tidak menjawab pertanyaan itu, hanya meringis sebentar kemudian melengos pergi. Dia sebenarnya tidak suka kalau Boy selalau berdekatan dengan felly. Bisa dikatakan cemburu itu ada dan bercokol di dalam dirinya, hanya saja dia terlalu sabar untuk mengakuinya.
“lama banget sih, kalian ngapain aja tadi di dalem? Terus aku Cuma kamu jadiin tukang parkir penitipan sepeda?”. Bersungut-sungut ia memandang Boy. “maaf ya ren, pulang yuk?”. Dia berdiam mematung belum ingin beranjak dari tenpatnya berdiri. “Boy tau nggak sih, aku kepanasan, terus aku liat kamu enak-enakan di dalem rumah sama felly” giliran Boy yang terdiam, dia enggan mengatakan apapun. “kalian berdua sebenernya ngapain sih? Ngapain juga ngajakin aku kalau kamu sebenernya mau menghabisakan waktu sama felly?”. “kamu mau pulang gak sih ren?” Boy mulai menaikkan nada bicaranya. “kalau gak mau pulang ya udah aku pulang sendiri” lanjut Boy. Lalu boy pun menaiki sepeda kumbangnya dan berlalu.
Dia pulang berjalan kaki sembari menahan sesak yang menghujam jantungnya saat itu. “seharusnya aku jujur sama boy. Tuh kan, dia akhirnya suka sama felly, aduh bodoh banget sih aku… padahal kita lebih sering bersama, apa dia nggak sadar kalo kita ini sebenernya saling melengkapi?”. Terus ia berjalan pelan sambil menundukkan kepala dan berbicara pada dirinya sendiri. “saat kamu Boy, berkeliling mengantarkan koran, aku kan selalu ada di belakangmu, aku yang ngelemparin koran-korannya ke rumah orang-orang… pas kamu lagi sakit boy, kan aku juga yang gantiin kamu nganterin koran… boy..”
Kemudian bayangan itu muncul, dari belakang Boy memeluknya, “selamat ulang tahun Rena, ini kado buat kamu…”. Sebuah perhiasan handcraft sudah berada di dua telapak boy. “aku buat ini diajarin felly”.

Senja itu terlihat merona di matanya.

entry #FF2in1 nulisbuku.com 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Galau

: " moving my f**ing ass right now hap hap hap " ~me

Blogroll

: " we were slave of modernization and machine civilization " ~me