Sabtu, 27 Oktober 2012

Romansa Medan Perang Dunia Maya

Jadi hanya seperti itu? ya hanya seperti itu, pertemuan singkatku denganmu kali ini di dunia nyata. Aku selalu bermain dengan username LightAtticus89 dan Kamu virlivalkyrie21. Kamu yang selama ini melindungiku di setiap permainanku, selalu saling menjaga di setiap laga, ya kita selalu bersama di battle.net. Aku masih ingat saat itu kamu menjadi pejuang bertubuh besar gahar, separuh kuda dan tidak manusiawi, ya kamulah pemakai Bradwarden. Aku sendiri malah setia dengan elf pemanahku Traxex. Kamu piawai sekali menggunakan pejuang berbasis strength, sedangkan aku selalu berada di belakangmu mendukungmu untuk maju dengan pejuang-pejuang tipe agility dan technique. Tim kita selalu memenangkan pertandingan dengan gemilang. Ya, aku tersenyum dengan kemenangan itu, dan akupun penasaran dengan dirimu, Hingga pada akhirnya aku berusaha mencari tahu siapa kamu sebenarnya. Kita berkenalan melalui dunia maya dan kaupun memberi tahu akun media sosialmu. Kamu adalah gadis yang lucu, berbeda dari gadis kebanyakan. Bermain dengan hero gagah di battle.net, bukannya bermain dengan avatar imut di game dancing online tidak juga dengan tokoh-tokoh cantik atau tampan rupawan. pokoknya yang charming dan nice-looking dalam permainan role playing game online. Mungkin itulah yang membuatku tertarik akan dirimu. Pada akhirnya aku memutuskan untuk bertemu.

Pukul tujuh tepat, sudah lima belas menit aku menunggu di depan cyber game cafe. Aku sudah menghabiskan setengah porsi cheese sandwichku. "DOR!" suara perempuan dan tepukan keras mengagetkanku dari belakang. "Ah kamu Vir..." Aku mencoba bersikap biasa saja di hadapan gadis lucu ini. "Nunggu lama ya, maaf yah, yuk.. ", "Nggak makan dulu?". "Ntar aja deh, habis kita battle.net". Aku tersenyum lalu beranjak dengannya.
Ya, hanya sebatas itu pertemuan kami di dunia nyata, sisanya, kami kembali ke Another Realms, The realms where we should belong.

[10/20/2012]

*Bradwarden the Centaur Chief, Traxex, and battle.net from Defense of the Ancient are owned by Blizzard and their respective owner

Rabu, 24 Oktober 2012

Falling

Hampir setiap hari aku menulis jurnalku disini. Di sebuah Coffe Shop kecil di perempatan Marayana. Suasananya nyaman, dengan wallpaper warna chiffon dan corak kayu mahoni di sepertiga bawahnya. Semerbak aroma kopi, latte dan espresso memenuhi ruangan, benar-benar moodbooster. Nuansa vintage pun sangat kental disini, ada old phone, di meja kecil di dekat tempat kasir, ada kipas angin vintage di langit-langit coffee shop, langit-langitnya pun berupa teakwood yang di furnish secara berkala. Ya nuansa kayu dan cokelat bangunan ini memberi kesan artistik dan sangat isnpiratif. 


Menu yang disajikan merupakan menu typical coffee shop, beraneka ragam latte, espresso, iced coffee, macchiato, cappuccino, javanese, arabica, robusta, blended, ..Ah aku jadinya mengabsen menu disini. Sebenarnya ada faktor X lain yang membuatku sering mengunjungi Coffee Shop ini. Baristanya, Marlina, nama yang trecantum di badge dada sebelah kiri, Manis namun sederhana, ah ya, aku selalu terbayang-bayang pesonanya. Aku selalu memesan Heart designed Cappuccino, saking seringnya diapun sampai hafal pesananku, hingga aku tak perlu memesan lagi, cukup tersenyum padanya di meja pesanan, dia sudah tahu apa yang aku inginkan.

Hari ini pun aku berada di coffee shop yang sama, memesan minuman yang sama, dan barista yang sama. Aku sangat mengagumi barista berparas manis dengan rambut terikat seadanya dan selalu mengenakan kacamata frame tipis yang selalu berada di balik meja pesanan setiap pukul delapan pagi. Semakin hari semakin terlihat jelas gambar wajah barista yang kukagumi itu di atas milk foam cappuccinoku. Ah, otakku ini senang sekali menggodaku dengan gambaran imaji-imaji semu di setiap objek yang terhubung dengan perempuan pujaanku.

Kulempar senyum terindahku untuknya setelahku beranjak dari corner seatku. Dia membalas dengan senyum yang jauh lebih indah, bahkan bisa dibilang menyilaukan. Cahaya pesona yang berpendar terlalu kuat. Aku pun meleleh, mencair, dan menghilang di sela-sela saluran air.



[10/19/2012]

Selasa, 23 Oktober 2012

Disconnected

Selesai aku meracik oolong tea hangat untukku bersantai sore ini. Saatnya menyelesaikan beberapa pekerjaan yang tertunda, namun oops... browser mengajakku berkeliling melupakan tugasku sejenak. Sosial media menawariku imaji-imaji indah para gadis muda belia yang mempesona. Sekadar berfoto narsis amatir, hingga narsis profesional yang mereka sebut sebagai modelling. Ah, bagiku sama saja, sama-sama sarana pencuci mata. Tapi ini semua adalah biang dari hancurnya kisah romansaku denganmu yang terajut selama dua tahun terakhir. Aku berkenalan denganmu di sosial media, berdekatan denganmu, hingga akhirnya kita memberanikan diri menjalin hubungan. Karena itu pranoid dan rasa cemburumu yang bersenyawa itu sangat takut kalau-kalau aku berkenalan dengan gadis lain yang jauh lebih darimu. 


Aku mulai melakukan cuci mata sembunyi-sembunyi. Menambah koleksi indah itu secara gerilya. Setiap permintaan pertemanan yang sukses terjawab aku hapus jejaknya dari tembok sosial mediaku. Namun, alas, ada saja jalan utukmu mengetahuinya, padahal kita sudah sepakat untuk tidak membuka akun sosial media kita. Karena sudah berkali-kali hal itu terjadi. Kamupun jengah. Kamu mengecap aku sebagai lelaki yang tidak bisa menjaga komitmen. Pada puncaknya sepekan lalu kau memutuskan aku.

Memori tentangmu itu langsung menarik perhatian makhluk-makhluk rindu yang bersemayam lama di rimba hati yang gelap. Aku coba mencari nama akun facebookmu di kolom search. Ah, masih ada. Lama sekali aku terduduk penuh rasa bimbang sembari menelusurkan kursorku ke arah nama profilmu, lama terdiam... haruskah aku membukanya? sedikit menelisik memori lama yang terekam begitu apik. Serasa baru kemarin berlalu. "ah masa bodoh". Klik! layar berganti tampilan, akupun memasuki sebuah page baru... 

This account does not exist or may have been suspended! 
Aku meneruskan menyeruput oolong tea hangatku dan tersenyum simpul 

[10/18/2012]

Senin, 22 Oktober 2012

Bertemu Denganmu, Sekali Lagi

Perjalanan itu mengingatkan aku akan semuanya, menyadarkanku begitu berharganya kamu untukku. Akhirnya aku bertemu denganmu lagi setelah sekian lama, setelah semua yang terjadi dan memisahkan kita selama ini. Ketidakcocokan kecil disana sini, keegoisanmu, spekulasiku, kecurigaanmu, kecemburuanku. Meskipun begitu, sebenarnya kita berdua selalu saling melengkapi, Kamu adalah storyteller yang hebat. Rentetan deskripsi mendetail di setiap cerita yang kamu buat, akhir yang twisted, kata – kata ilmiah yang selalu kamu sertakan, istilah-istilah budaya pop yang kamu torehkan, cerita-cerita fiksi ilmahmu yang terinspirasi dari karya-karya dewi lestari dan semua ceritamu yang bertema angst, berakhir dengan kesedihan dan keputus-asaan. Setiap kali kutanyakan kenapa ceritamu harus berakhir seperti itu? jawabanmu selalu sama karena realita itu tidak mungkin, tidak akan pernah mungkin berakhir seindah dongeng. Tapi justru itulah yang aku suka dari setiap cerita buatanmu, kamu selalu membuatku begidik di akhir cerita. Kau memang jagonya kalau berhubungan dengan tulis–menulis, aku disini mencoba melengkapimu dengan visualisasi. Ya, aku adalah seorang illustrator, meskipun tidak sehebat teman–temanku anak seni rupa, tapi paling tidak aku lebih baik daripada mereka yang awam, aku selalu teringat proyek kita yang tertunda, proyek kita yang selalu kita agung – agungkan, sebuah novel grafis dimana kita berdua sebagai kreatornya, kamu dengan plot ceritamu, aku dengan ilustrasiku.“Noite” judul yang kamu tawarkan dan aku menyetujuinya. Sebuah karya yang menceritakan keberanian sekelompok pemuda menjelajahi tempat-tempat berhantu hanya untuk mencari kebenaran mitos. Semua karakter yang kamu deskripsikan itu kemudian aku visualisasikan, saat itu kamu begitu riang ketika sketsa tokoh novelmu itu sudah jadi. Kamu memberiku kecupan hangat di dahiku, dan membisikkan kata terima kasih dengan lembut dan merdu terdengar. Ah masa – masa itu, kali ini aku tidak sabar untuk mengangkatnya kembali ke hadapanmu, rencana – rencana kita yang tertunda.

Akhirnya aku sampai di rumahmu, aku lepas jaketku, lalu aku rapikan kemejaku, mengetok pintu dan mengucapkan salam, ibumu yang mempersilakanku masuk dan duduk. Seperti biasa ibumu begitu ramah padaku, sama seperti saat – saat kita awal memadu kasih dulu. Senyum ramah ibumu menghangatkan suasana, tawaran makan siang yang tidak pernah bisa kutolak, siapa yang bisa menolak aroma soto ayam yang menggoda itu, ibumu memang luar biasa. Meskipun begitu aku tahu perasaanmu sesungguhnya terhadap ibumu, betapa bencinya kamu terhadapnya. Karena beliau yang membuatmu tersiksa di jurusan yang salah, dari dulu kamu selalu ingin kuliah di dunia desain arsitektur, namun ibumu memaksamu untuk menjadi tenaga ahli di bidang medis, yah kamu selalu mengangkat hal itu ketika kutanyakan keadaan ibumu. Sudahlah, toh kamu juga sudah lulus dari jurusan salah arah itu, dan mendapatkan nilai yang terbaik pula. Karena memang kecerdasan dan kegigihanmu selama ini yang membuatmu melewati semuanya. kamu memang luar biasa, meskipun kamu sering mengeluhkan kuliahmu yang begitu susah, dosenmu yang luar biasa killer, kuliah praktek dinasmu yang melelahkan, tapi keluhanmu itu tak membuatmu lantas berhenti, menyerah dan meninggalkan semuanya. kamu tetap melangkah maju, terkadang melihat kegigihanmu itulah yang tak pernah berhenti membuatku kagum. Sesulit dan sesusah apapun kuliahmu kamu tetap menyediakan waktumu untuk membaca novel-novel penulis idolamu, dan kamu tetap menulis setiap waktu, mulai dari fan fiction tokoh-tokoh Harry Potter, hingga naskah novel “noite” mu sendiri.

Galau

: " moving my f**ing ass right now hap hap hap " ~me

Blogroll

: " we were slave of modernization and machine civilization " ~me