Selasa, 19 November 2013

Chronicles of Vania : chapter 00 - Prelude

Pukulan-pukulan maut Fafnir menghantam telak tubuh King Vossler. Kini Sang Raja hanya bisa terbaring lemah meregang nyawa. “maaf yang mulia, waktumu sudah habis, biarlah semua lenyap bersama dengan supernova, penjuru bumi ini sudah tua, tak kuat lagi menahan apapun”. Fafnir sang ketua pemberontak pergi beranjak meninggalkan Raja Vossler. Dengan suara parau raja vossler membisikkan pesan kepada seekor maeth  yang telah beliau simpan di sela mahkotanya. Maeth itu pun terbang meninggalkan jasad Sang Raja.
Anak buah Fafnir telah mengepung seluruh lorong dan bilik kerajaan. Semua anggota kerajaan sudah dibantai. Hanya saja mereka belum menemukan Ratu Valeria.
Di lorong rahasia bawah tanah sang Ratu Capital Kingdom Of Hashmal Valeria Von Vosslerberg bersama tiga pengawal elit sang raja, Brunderbanch Von Baurm, Maridrersch Von Fitch, Lucidronbauch Von Rorsteinn dan sang puteri kerajaan Vania Von Vosslerberg. Mereka mengendap-endap menuju kapsul terakhir kerajaan. Ratu valeria melepaskan gendongannya, dan mena ruh puteri Vania ke dalam kapsul penyelamat. Hanya sajja Fafnir telah sampai ke gerbang rahasia menuju kapsul terakhir. Brund, Marid, dan Lucid bersikukuh untuk menahannya, hanya saja Ratu tak mau beradu argumen dengan mereka bertiga. Ratu memilih menyegel mereka ke dalam tiga roket booster kapsul terakhir. Lalu sang Ratu mulai mengaktifkan hitungan mundur peluncuran kapsul tersbut. Fafnir telah sampai di tempat peluncuran, namun sang Ratu dengan sigap menghalangi Fafnir. Sang Ratu melepaskan segel terkuat kerajaan, Derr Destraktaad. Ledakan besar tepat terjadi setelah kapsul terakhir kerajaan Van Der Allez menembus atmosfir planet Fridgaea.
“kawan,  kurasa sudah saatnya”. Suara berat dan parau itu adalah Bruno. Seekor german shepherd raksasa berwarna cokelat burgundy. Dari ujung bukit. Melompatlah seekor kelinci putih dengan ukuran tak jauh berbeda dari Bruno. Kelinci itu adalah Lucio. Tak lama disusul suara gemuruh yang menggema dari tempurung Mario. Seekor kura-kura slider manggelinding turun dari bukit. Di punggungnya yang super besar itu seorang gadis remaja duduk dengan tenang. Tak terbersit sedikitpun rasa takut akan ketiga binatang raksasa itu.

“Bruno, Lucio, Mario… terima kasih” gadis itu tersenyum.  “sama-sama tuan puteri Vania” Lalu mereka ber empat beranjak menuju sebuah aerodrome.


-dedicated to my dearest friend.. happy birthday :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Galau

: " moving my f**ing ass right now hap hap hap " ~me

Blogroll

: " we were slave of modernization and machine civilization " ~me