Sudah aku
pertaruhkan semuanya, aku manjakan dirimu dengan apa yang aku punya, akankah kamu
meyakiniku sebagai pasanganmu? Harus, tidak bisakah kamu lihat semua harta yang
kuhabiskan untuk membelikanmu sekadar hadiah kecil untuk momen-momen berhargamu?
Waktuku untuk setiap peristiwa dukamu? Aku merelakan diriku untukmu, bahkan
andai bintang-bintang yang berkilauan dan tergantung di atasku ini adalah
milikku, aku mengikhlaskan kau ambil. Tapi satu hal, aku ingin kau jadi
milikku.
Aku hanyalah
seorang karyawan kantoran biasa yang bahkan seringkali susah mengatur laju
keuanganku. Kamu seorang gadis yang mesih menghabiskan waktumu bersenang-senang
bersama teman-temanmu dan kuliahmu. Meskipun dengan harta yang pas-pasan aku
merelakan penghasilanku untuk mentraktirmu makan, mengajakmu nonton,
membelikanmu pulsa, bahkan aku selalu membelikan belanja bulanan untuk persediaanmu
di kost. Aku juga selalau ada untukmu, aku mempersilakan dirimu untuk meminta
bantuanku tanpa harus ada rasa sungkan. Hampir setiap hari aku mengantar jemput
dirimu dari kampus ke rumah kostmu, aku ada di setiap galaumu, memberimu
semangat, bahkan kalau perlu aku juga
selalu mengejekmu hamu sekedar untuk becanda, tiap malam tubuhku terasa lelah
sekali. Sepulang kerja terkadang kau membutuhkan sesuatu, yah tapi semuamu itu
kulakukan dengan sepenuh hati, ya, karena aku menyukaimu.
Rayuanku tak
pernah masuk ke dalam dirimu, kenapa denganmu? Aku sudah merelakan diriku
sepenuhnya untukmu, tapi responmu terhadap rayuanku selalu saja negatif, kau hanya
suka bahan obrolan ringan seolah aku ini seorang teman biasamu. Tapi kadang aku
berpikir, ya ini sebuah tahap, dan suatu saat aku pasti bisa menuju tahap
berikutmu. Aku tetap berusaha optimis suatu saat kau bersedia untuk jadi
milikku.
Malam itu
adalah puncaknya, malam itu adalah tanggal dimana aku bertemu denganmu, aku
memberanikan diriku untuk mengatakannya padamu, dengan sekotak cincin emas
bermata berlian di dalam saku celanaku. Aku sudah memesan tempat di restoran
premium yang bahkan kita tak pernah sama sekali kesana. Kamu sudah menghabiskan
dessertmu namun ternyata kamu memiliki pertanyaan yang mengganjal semenjak kita
berdua memasuki restoran ini. “Katamu ini acara kantor, dimana teman-teman dan
bosmu?” kamu bingung sembari celingukan melihat meja-meja lain tanpa seorang
pun rekan kerjaku. “ah, aku sudah terlanjur mengenakan gaun prom ku, ternyata kau berbohong,
sebenarnya ada apa sih?”
Aku terdiam,
menunduk, mengambil nafas dalam-dalam.
Aku mengambil
kotak cincin itu dari saku celanaku
“Nay, kita sudah saling mengenal
selama sepuluh tahun, kita bersahabat semenjak kita berdua masih remaja, namun
kamu mungkin tidak mengetahui bahwa sebenarnya aku menyayangimu lebih dari
sekedar sahabat, atau bahkan lebih dari sekedar ‘abang’, karena itu maukah kau
menjadi lebih dari sekedar sahabatku, rekanku, kekasihku, …. Istriku, I love
you nay, please be mine “
Dia tersenyum,
kulihat pula basah di tepi matanya.
[Fiction from a song day 1 : The Heavy - Be Mine]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar