Aku bertemu Nadia lagi dalam mimpiku. Dia datang kepadaku ingin minta bantuanku untuk ikut repot di sebuah pementasan menyambut event... ah lupa, event apa saat itu... Setelah melewati masa putus selama satu setengah tahun. aku hanya bisa canggung. Bingung mau berkata apa. Nadia yang terus mengambil inisiatif pembicaraan, mengenai rencana seperti apa pementasan tersebut. Kami berjalan berdua menyusuri sekolah nadia, saat itu Nadia berseragam osis putih abu-abu. Pertama kami membicarakan pementasan itu di kantin sembari makan siang lalu berpindah ke sebuah pohon besar dekat lapangan basket sekolah. Sesekali aku melihat raut wajahnya yang penuh semangat menyampaikan gagasan-gagaasan kreatifnya. aku hanya bisa berucap dalam hati "hai nad" "apa kabar?" "ngapain aja kamu selama satu setengah tahun ini setelah berpisah denganku?" "apa kamu sekarang punya pacar baru?". Tak fokus aku dengan gagasan yang dia sampaikan aku hanya memandangnya nanar. mencoba mencari jawaban atas pertanyaan dalam bathinku itu. Aku lebih tua dari nadia dua tahun, nadia saat ini kelas tiga SMA sedangkan aku sudah berkuliah semester dua di salah satu perguruan tinggi di Surabaya. Kita dulu bertemu di facebook, bermula dari curhat kecil Nadia yang sedang di stalking mantannya, aku mencoba membantu sebisaku, dan berakhir dengan berpacaran. Kisah kasih itupun hanya berlangsung selama satu setengah tahun, entah mungkin karena sindrom inferioritas yang aku miliki dan Nadia yang terlalu jenius yang membuatku merasa inferior.
Sekarang kami berdua berada di depan ruang baca sekolah Nadia. tetap saja aku tidak menghiraukan yang dibicarakannya. aku hanya terus memandanginya berceloteh. Memandangi dengan nanar. Pertanyaan dalam hatiku masih tidak terjawab. Entahlah, pada akhirnya aku membantu pementasan itu. Candaan kecil dan tawanya yang khas, sudah lama sekali aku tak mendengarnya, kangen sekali mendengarnya. Aku suka suaranya, ketika dia bersenandung, dia memiliki suara yang renyah namun indah, maklum dia adalah anggota paduan suara di sekolah, selain itu setelah lulus dia juga ingin menjadi seorang penyiar radio. "Gimana mas che?" tanyanya membuyarkan lamunanku tentangnya "ha? ya gitu aja udah bagus" aku terhenyak dan menjawab sebisaku. Ah tersenyum, aku selalu menyukai senyumnya yang lebar, tampak begitu optimis, seolah masa depan cerah menanti kita.
Malam itu aku keluar dari bumi, menuju sebuah panggung raksasa di perbatasan luar tata surya matahari. Aku berada di panggung tersebut, melihat-lihat, sebuah panggung yang begitu besar, dengan screen putih, korden merah besar yang terbuka, dan lantai kayu jati yang kokoh. aku terduduk di ujung panggung. terdiam dalam lamunan melihat perputaran planet tata surya. namun tiba-tiba aku terkejut. Matahari mati, terjadi supernova dahsyat yang membakar permukaan seluruh planet yang ada di tata surya. aku tak kuat menahan silaunya. dan tekanan dari ledakannya mendorongku beberapa mil dari ujung panggung. aku membesarkan ukuran tubuhku, mendekati bumi, berjalan pulang. Ketika aku samapi di dekatnya bumi sudah separuh dihisap oleh black hole sisa ledakan matahari. aku mengecil dan mencoba masuk ke dalam bumi. tidak ada yang tersisa semua musnah jadi abu. Tidak ada lagi udara, aku melayang mengelilingi bumi tapi tak ada siapapun disana. aku memutuskan untuk keluar dari bumi. kembali membesar aku memeluk bumi, dan menitikkan air mata. aku berjalan mundur, membiarkan lubang hitam itu menghisap bumi seluruhnya. setelah semuanya kosong aku berjalan menelusuri berbagai galaksi, hingga pada akhirnya aku terhenti pada tata surya yang mirip sekali dengan tata surya milik matahari, hanya saja yang ini lebih besar dengan susunan planet yang lebih banyak. aku menemukan planet mirip sekali dengan bumi, hanya saja ukuran planetnya lebih besar dua atau empat kali dari bumi. aku masuk kedalam, aku bertemu sebuah keluarga, mereka menerimaku dengan baik, saat makan malam tiba aku menceritakan asal-usulku dan planet yang aku diami. mereka tampak begitu antusias mendengarkan ceritaku. akupun tak menghentikan ceritaku meskipun sudah empat jam berlalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar