“Terlambat,
terlambat” Helen melihat arlojinya yang
basah terkena rintik hujan hari itu. Helen terus berlari melalui jalan setapak
berpaving batu sedimen yang berpola art
deco. Di sepanjang jalanan kampung kecil Heisenberg. Aku dari tadi
mengikutinya dengan rasa penasaran, apa yang hendak dia lakukan di malam yang
dingin di tengah gerimis salju tipis ini? Saat ini adalah malam terpanjang di
musim dingin. Hari ke dua puluh tujuh di bulan ke enam penanggalan Raja Metatron.
“semoga masih sempat ya” ujar Helen sambil memandangku. “sempat apa sih
sebenernya len?” tanyaku yang hanya dibalas senyum manis Helen. Aku semakin
tidak paham sikap Helen saat ini. “kita hampir sampai, kamu udah siapin semua
yang aku brief kemaren malam kan?” Helen
memelankan langkahnya dan merapikan mantel bulu merioaknya. Aku hanya
menjawabnya dengan angggukan, karena aku benar-benar tidak tahu apa-apa tentang
apa yang akan dilakukannya malam ini. Kamu melanjutkan perjalanan melalui
serangkaian hutan oak, dan sampailah di penghujungnya, sebuah stepa luas yang
tertutup salju, jenna steepe.
“itu dia, kamu
lihat kan?” Helen menunjuk ke sebuah lumbung tua di ujung padang rumput. “Lumbung
gandum tuan jeoffrey?” Helen mengangguk mantap dan senyumnya mengembang, lalu
tangannya menarik lenganku dan berlari dengan sangat terburu-buru. Sesampainya di
lumbung tua itu Helen mengambil tas ranselku dan aku disuruh Helen untuk
menunggu di luar. “jangan kemana-mana ya? Tolong dengar aba-abaku”. Pintu lumbung kayu itu terkunci dari dalam. “hoi,
mulai hitung mundur dari sepuluh ya?” teriak Helen dari atap lumbung. “untuk apa? Dan
kamu kok bisa secepat iru berada di atas?”. “sudahlah jangan tanya hitung aja,
mulai ya!!” “10….9…8…7…6…5…4…3…2…1 “
Hanya itu yang kuingat, berikutnya tiba-tiba aku berada di ruangan kosong ini dengan sebuah
catatan kecil di tanganku bertuliskan, “selamat ulang tahun masehi.”
ff2in1 nulisbuku "Auld Lang Syne" - Mariah Carey
ff2in1 nulisbuku "Auld Lang Syne" - Mariah Carey
Tidak ada komentar:
Posting Komentar