Bulu-bulu itu berserakan,
beterbangan…
Halo namaku Kinai, aku seharusnya
tidak disini, kamar ini terlalu sempit untukku, lantainya masih berupa tanah
keras yang suhunya bisa turun drastis saat malam hari, dindingnya terbuat dari
anyaman rotan tua yang sudah lapuk dimakan usia, belum lagi lubang di
sini-sana. Di ruangan berukuran tiga kali tiga meter ini aku merenung telentang
diatas sealas tikar plastik usang yang entah sudah terpakai berapa kali, hingga
warnanya begitu kusam dan berdebu. Dalam hati aku bertanya, bagaimana bisa aku
disini?, dimanakah aku sebelumnya?
Debu-debu menyeruak di udara….
Semakin tak kumengerti, semua bukti
mengarah ke tempat itu, gubuk tua di atas bukit gelap. Hanya saja ketika aku
menyelidiki dan menginvestigasi tempat itu, tak kutemukan Kinai. Ah, aku belum
mengenalkan diri, namaku Albatross, seorang pemuda yang sangat mungkin mencintai
Kinai. Pesan-pesan berantai itu tepat dikirim padaku, hanya saja aku tak begitu
menganggapnya penting, dan hanya perbuatan iseng belaka. Aku menyangka itu
hanya keisengan mantan Kinai yang cemburu padaku, gara-gara dirikulah Kinai
putus dengan Elang. Seluruh pesan-pesan berisi ancaman, dan teror, bahwa Kinai
diculik. Pertamanya aku hanya tergelak, namun semua berubah ketika tiga hari
yang lalu, aku tak menemukan Kinai lagi, dan tak ada satupun pesan darinya
padaku. Namaku Albatross, aku belum yakin apa aku benar-benar mencintai Kinai, akupun belum
menyatakan perasaanku.
Hutan berselimut kabut…
Aku Elang. Sekarang berada tujuh
kaki di bawah tanah, bersama mantan kekasihku Kinai. Dalam hati sebenarnya aku menyesal, kenapa tak kulepaskan saja Kinai, toh mungkin aku bukanlah lelaki terbaik untuknya.
ff2in1 : The Passenger - Let Her Go
ff2in1 : The Passenger - Let Her Go