Terengah-engah, berlumuran darah.
Perisai pusaran masih aktif di kedua tanganku. Air mata belum kering mengalir
sudah tertimpa air mata baru. Sebuah aliran dendam rindu yang tergenggam dan
terpadu, menyeruak di genggaman kepalanku. Di hadapanku berdiri gadis yang
begitu aku cintai. Ya cinta yang tertahan selama sewindu karena tak terbalas. “Twistar
hentikan, aku tak ingin melukaimu...” Violena... dia berteriak serak, memandang
nanar dengan isakan tangis yang bersimpuh memohon ini semua berakhir, atau
lebih kepada ingin menghentikan dendam dalam jiwaku. Ekor beracun berayun lagi.
Kali ini aku memutuskan untuk menerjang. Kibasan dan tusukan ekor Vio tidak ada
yang bisa mengenaiku, ketika aku sepenuhnya menggunakan terjangan angin.
Hentakan besar terjadi. Pukulan uppercut
perisaiku telak mengenainya. Vio melesat jauh ke langit. Aku meloncat
menyusulnya. Seketika itu aku melayang berada di hadapannya. “maaf, mungkin seharusnya
aku tetap jadi sahabatmu”. Aku memeluknya di angkasa dan terjatuh bersama.
Pusaran angin menyelamatkan kami dari hempasan penuh di atas tanah. “aku
memaafkanmu, syukurlah kau bisa menerima keadaan” Vio tersenyum, bersama-sama
kami menuju Gill, kekasih Vio yang kutawan.
Aku melepaskan mantra tornado
pengikatku, Gill melompat turun lalu memeluk Vio. Mereka berdua memandangku
dengan senyum mafhum. Hati kecilku tak terima kebersamaan mereka, akupun
menarik ekor Vio lalu menghujamkannya ke dadaku sendiri. Dalam semenit racun itu
meluruhkan nadiku. Namaku Twistar, ksatria angin rasi libra, terima kasih, aku
pamit.
[inspired by M83 featuring
Susanne Sundfor – Oblivion]